Sabtu, 03 November 2012

Dampak Proyek Pembangunan Arsitektur yang Tidak Terpakai (Gunkanjima, Pulau Hashima)


BAB 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini dapat kita lihat semakin majunya dan modernnya kehidupan ini. modernisasi itu pun dapat kita rasakan pada pembangunan pembangunan di muka bumi ini. semakin banyak bangunan berasitektur unik dan canggih. Bangunan yang dirasa kurang fungsional dan kurang struktural lambat laun menjadi tren masa kini. Banyak bangunan yang dibangun dengan struktur bangunan yang tidak masuk akal. Adapula bangunan yang tampak tidak layak menjadi sesuatu hal yang baru pada zaman sekarang.
            Modernisasi ini memberikan banyak dampak dalam arsitektur. Dampak positif dalam arsitektur ini yaitu semakin banyak negara yang berlomba-lomba membangun bangunan unik nan cantik namun tetap aman untuk menambah estetika pada negara tersebut. Adapula pembangunan kota-kota mandiri di berbagai negara, proyek ini dianggap sebagai proyek yang paling menguntungkan apabila bisa berhasil dilaksanakan.
            Selain itu modernisasi ini juga memberikan dampak negatif terhadap arsitektur. pembangunan proyek besar besaran seperti kota mandiri semakin bertmabah banyak akan tetapi di beberapa negara banyak berbagai proyek yang berhasil dibangun namun akhirnya ditinggalkan begitu saja akibat berbagai hal. Banyak kota-kota mati dan bangunan mati yang terbengkalai. Hal ini menunjukkan pembangunan arsitektur tersebut gagal.
Pada tulisan ini akan kita bahas dampak pembangunan arsitektur pada proyek pembangunan yang gagal atau tidak terpakai lagi.
1.2. Rumusan Masalah
            1.2.1. Apa pengertian arsitektur?
            1.2.2. Apa dampak proyek pembangunan yang gagal?
            1.2.3. Bagaimana menanggulangi gagalnya proyek pembangunan?
1.3. Tujuan
            1.3.1. Mendeskripsikan arsitektur secara luas
            1.3.2. Menjelaskan dampak gagalnya proyek pembangunan
            1.3.3. Menjelaskan penanggulanan dalam suatu kegagalan proyek pembangunan.

BAB 2 Tinjauan Teori

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri.Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini.
Arsitektur sekarang ini lebih condong menunjukan ada kecanggihan teknologi. Kecanggihan teknologi yang mempengaruhi kehidupan arsitektur masa kini menimbulkan berbagai dampak yang cukup terasa dalam arsitektur. Banyak sekali pembanguna-pembangunan besar di berbagai penjuru dunia belakangan ini. misalnya saja maraknya pembangunan kota mandiri. Pembangunan kota mandiri belakangan ini sangat digemari oleh berbagai negara hal ini ingin menunjukan keunggulan keunggulan yang ada di dalam negara tersebut. Pembangunan kota mandiri bukan merupakan proyek pembangunan yang mudah. Harus diperhatikan segala kemungkinan yang akan terjadi.


Pembangunan kota mandiri sangat menguntungkan sekaligus sangat sulit untuk di laksanakan. Karena apabila gagal hal ini bisa berdampak buruk. Bisa jadi kota tersebut menjad kota mati seperti yang terjadi di beberapa negara saat ini. salah satunya adalah pulau Hashima (Gunkanjima) yang merupakan salah satu kota mati yang dulu paling padat penduduknya.

BAB 3. Metodologi

3.1. Metode penulisan
            Tulisan dalam karya tulis ini bersifat kajian pustaka atau library research. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif yang disertai dengan analisis sehingga menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

3.2. Objek Tulisan
Objek tulisan ini adalah Pulau Hashima atau Gunkanjima yang merupakan salah satu kota mati yang dahulu memiliki populasi terpadat.

3.3. Teknik pengambilan data
Informasi yang dikumpulkan adalah informasi yang berkaitan dengan proyek pembangunan arsitektur yang tidak terpakai yaitu salah satunya gunkanjima sebuah kota mati yang sudah lama sekali ditinggalkan penduduknya. Informasi ini diperoleh dari berbagai literature yang terdapat di internet misalnya wikipedia, blogger, dan sebagainya.


BAB 4. Studi Kasus
Studi kasus kali ini merupakan sebuah proyek kota mandiri yang telah lama ditinggalkan oleh penduduknya dikarenakan suatu permasalahan perekonomian. Yaitu Gunkanjima atau pulau Hashima, di Jepang.

Pulau Hashima (berarti "Pulau Perbatasan"), umumnya disebut Gunkanjima (berarti "Pulau Kapal Perang") adalah salah satu dari 505 pulau tak berpenghuni di Prefektur Nagasaki, sekitar 15 kilometer dari kota Nagasaki. Pulau ini merupakan pulau yang sangat kecil, dengan panjang hanya sekitar 480 meter dan lebar 160 meter ! Total panjang garis pantainya tidak lebih dari 1,2 km. Terletak sekitar 15 km dari kota Nagasaki. Dihuni selama 87 tahun, sejak tahun 1887 hingga 1974, sebagai sebuah lahan pertambangan batubara yang dikelola oleh Mitsubishi Corporation. Pulau ini -walaupun sangat sempit- dilengkapi dengan berbagai fasilitas hidup bagi karyawan tambangnya yang mencapai ribuan, berikut dengan anggota keluarganya masing-masing. Fasilitas itu mencakup asrama / apartemen, sekolah, pasar, pemandian umum, dsb. Merupakan suatu keajaiban bahwa pulau sekecil itu bisa menyediakan fasilitas selengkap itu.

Pada tahun 1890 perusahaan Mitsubishi membeli pulau tersebut dan memulai proyek untuk mendapatkan batu bara dari dasar laut di sekitar pulau tersebut. Pada tahun 1916 mereka membangun beton besar yang pertama di pulau tersebut, sebuah blok apartemen dibangun untuk para pekerja dan juga berfungsi untuk melindungi mereka dari angin topan.


            Pada puncak kejayaan aktivitas tambang di pulau ini, kepadatan penduduknya mencapai 10 kali lipat kepadatan penduduk Tokyo, ibukota Jepang, dan termasuk titik dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Jumlah penduduk pulau ini membengkak pada tahun 1959., kepadatan penduduknya mencapai 835 orang per hektar (83.500 orang per km persegi), setara 216.264 orang per mil persegi sebuah populasi penduduk terpadat yang pernah terjadi di seluruh dunia. 

Seiring dengan digesernya batubara oleh bahan bakar minyak sejak 1960-an, maka aktivitas tambang pun mengalami penurunan, hingga akhirnya Mitsubishi terpaksa menutup kegiatan eksplorasinya di pulau ini pada tahun 1974. Penghuninya pun dipaksa kembali ke kampung halamannya masing-masing di berbagai penjuru Jepang, dan pulau ini dibiarkan kosong tak berpenghuni, hingga hari ini.



Bab 5 Pembahasan

Seperti telah kita bahas gunkanjima merupakan salah satu contoh pembangunan proyek arsitektur yang mengalami kegagalan dikarenakan faktor hilangnya mata pencaharian mereka yang berpusat di pulau tersebut. Pemilik pulau ini secara resmi menutup mata pencaharian penduduknya dikarenakan bangkrut. Hal ini menyebabkan para penduduk pulau ini di paksa meninggalkan pulau tersebut sehingga pulau ini menjadi pulau mati yang tidak berpenghuni sama sekali.


Padahal apabila kita lihat pulau ini merupakan sebuah pulau kecil yang memiliki fasilitas yang sangat lengkap. Mulai dari sekolah hingga rumah sakit. Fasilitas selengkap itu sudah sangat cukup untuk memadai kehidupan para penduduk pulau tersebut. Akan tetapi sumber mata pencaharian di pulau tersebut bersumber dari batu bara yang akhirnya harus ditutup akibat pernurunan aktifitas tambang. Penutupan batu bara ini menyebabkan seluruh penduduk secara paksa di gusur untuk segera meninggalkan pulau ini.
Setelah bertahun tahun ditinggalkan penduduknya, pulau hashima menjadi sebuah pulau mati yang sama sekali tidak berpenghuni. Masih banyak perabotan-perabotan yang tersimpan didalamnya. Tidak adanya perwatan membuat semua bangunan-banguna tua mulai runtuh dan bayak sekali reruntuhan kaca di sekitarnya.

            Pulau hashima merupakan salah satu contoh gagalnya proyek pembangunan arsitektur dikarenakan kurangnya perhatian terhada segala kebutuhan penduduk didalamnya. Dalam hal ini adalah sumber mata pencaharian. gunkanjima memang dibangun khusus untuk seluruh karyawan yang bekerja di pertambangan batu bara. Pemiliknya tidak memikirkan secara detail segala kemungkinan yang akan terjadi. Seharusnya gunkanjima  bisa menjadi salah satu pulau yang maju dan menjadi sebuah kota dengan penduduk yang padat apabila dijadikan sebagai objek wisata selain sebagai tempat mencari nafkah. Pulau ini juga seharusnya bisa menarik seluruh wisatawan sehingga keberadaannya tidak pernah punah. Misalnya saja dengan membuat objek wisata seperti memperlihatkan pertambangan batu bawar bagi wisatawan asing sehingga selain sebagai pusat pertambangan gunkanjima bisa jadi alternatif wisata bagi turis-turis asing di Jepang.

Permasalahan utama gunkanjima adalah terlalu tertutup bagi pengunjung asing, pulau ini hanya memberikan fasilitas-fasilitas standar bagi penduduknya. Gunkanjima  seharusnya bisa menjadi sebuah kota wisata di Jepang. Letaknya yang berada ditengah lautan luas sangat indah dan hal ini bisa dimanfaatkan untuk menarik wisatawan asing. Akan tetapi kurangnya gunkanjima sudah merupakan proyek bisnis sejak awal dibangunnya, sehingga hal ini menjadi sebuah kesalahan besar dalam proyek pembangunan. Apabila terjadi kegagalan maka pulau ini menjadi sebuah pulau mati seperti sekarang.
Seharusnya proyek seperti ini dibangun tidak hanya memikirkan suatu kepentingan saja tetapi juga bisa mengakomodasi menjadi sebuah saran bagi kepentingan yang lain sehingga keberadaannya menjadi seimbang. Dengan begitu maka kehidupan gunkanjima bisa berlangsung lebih lama.


Bab 6. Kesimpulan

            Dari studi kasus di atas dapat disimpulkan bahwa gunkanjima merupakan sebuah kota yang sangat padat pada masa kejayaannya kota ini dibangun untuk kepentingan bisnis pertambangan yang didalamnya merupakan karyawan dari perusahaan batu bara tersebut. Gunkanjima memiliki fasilitas yang lengkap mula dari sekolah hingga rumah sakit. Akan tetapi pulau ini harus ditutup akibat bangkrutnya perusahaan pertambangan tersebut. Hal ini menyebabkan seluruh penduduk pulau ini secara paksa harus keluar dari gunkanjima.
            Pulau ini sejak awal sudah menjadi pulau untuk keperluan bisnis. Tidak ada hal lain yang diperuntukan dalam pembangunan gunkanjima. Sehingga pada akhirnya gunkanjima menjadi salah satu pulau mati dengan populasi penduduk yang paling padat. Gunkanjima sama sekali tidak terawat lagi hingga saat ini sehingga seluruh bangunan yang sangat kokoh beberapa puluh tahun yang lalu sudah banyak yang menjadi bangkai.
            Kegagalan proyek pembangunan arsitektur ini mengakibatkan sebuat kota mati yang sangat terbengkalai dan menyebabkan kerugian yang sangat besar. Seharusnya proyek ini bisa menjadi sebuah proyek unggulan apabila gunkanjima dijadikan sebagai sebuah objek wisata selain sebagai tempat tinggal para buruh pekerja. Untuk itu dalam pembangunan proyek yang besar ini seharusnya kita memikirkan beberapa pertimbangan sebelum melaksanan pembangunannya. Sehingga pada akhirnya kota ini bisa menjadi sebuah kota yang tidak pernah mati.

Sumber : http://terselubung.blogspot.com/2010/03/kota-gunkanjima-kota-mati-paling.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Hashima
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur
http://www.totorotimes.com/urban-exploration/gunkanjima-hashima-battleship-island/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar