Aspek Teknologi dalam Pembangunan
Indonesia
Proses
pembangunan dalam arsitektur harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu aspek linkungan,
teknologi, ekonomi, pemakai, dan sosial budaya. Pembangunan yang ideal adalah
pembangunan yang sudah memenuhi ke lima aspek tersebut. Dengan adanya aspek ini
diharapkan pembangunan di Indonesia dapat berjalan lebih baik, akan tetapi
banyak proyek pembangunan di Indonesia yang tidak memperhatikan keseluruhan
aspek tersebut. Oleh karena itu banyak sekali proyek pembangunan Indonesia yang
terhambat akibat tidak memperhatikan aspek-aspek itu.
Salah satu aspek yang paling
tertinggal jauh di Indonesia adalah aspek teknologi. Teknologi
adalah bagaimana faktor-faktor produksi dikombinasikan untuk merealisasikan
tujuan-tujuan produksi. Teknologi negara sedang berkembang umumnya terbelakang,
sedangkan teknologi negara maju memperlihatkan perkembangan dan perubahan yang
cepat dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, jurang perbedaan tingkat teknologi antara negara
berkembang dan negara maju cenderung semakin besar. Perbedaan tingkat teknologi
tersebut dapat mempengaruhi kemajuan pembangunan.
Indonesia merupakan negara
berkembang, banyak sekali proyek pembangunan di Indonesia yang bergantung pada
kemajuan teknologi, semakin baik teknologi di Indonesia maka proyek-proyek
pembangunan tersebut akan berjalan semakin baik ke depannya. Akan tetapi
seperti kita ketahui Indonesia sangat tertinggal jauh dalam hal teknologi. Kemajuan teknologi bisa bersumber dari
peningkatan produktivitas manusianya, misalnya karena lebih sehat, lebih
terampil, lebih terdidik, dan lebih bermotivasi untuk bekerja.
Kemajuan teknologi bisa berasal dari mesin
tipe yang lebih baru dan lebih produktif atau mungkin kemajuan teknologi tidak
langsung berkaitan dengan peningkatan kualitas produktivitas dari manusia atau
mesin, tetapi
bersumber pada, misalnya perbaikan organisasi produksi yang meningkatkan
efisiensi kerja baik dari mesin maupun dari manusia. Masing-masing jenis kemajuan teknologi ini
mempunyai implikasi kebijaksanaan yang berbeda. Untuk menggalakkan
produktivitas manusia, diperlukan program kesehatan buruh yang
baik, latihan dan kursus-kursus keterampilan yang baik, atau sistem pendidikan
yang baik dan sebagainya. Untuk menggalakkan kemajuan teknologi yang bersumber
pada perbaikan produktivitas mesin, diperlukan kebijaksanaan lain, misalnya
subsidi untuk penemuan, keringanan pajak kepada para investor baru yang
diharapkan membeli mesin-mesin baru dengan teknologi baru) atau subsidi bahan
bakar dan listrik untuk industri industri dan sebagainya. Dengan kurangnya kemajuan teknologi ini
dapat mengakibatkan proyek pembangunan di Indonesia kacau dan tidak berjalan
dengan baik akan tetapi jika Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan
pembangunan dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut dengan lebih baik tentu
saja dapat mengembangkan Indonesia menjadi semakin maju.
Kurangnya
kemajuan teknologi Indonesia membuat Indonesia masih memiliki banyak
pembangunan yang terhambat misalnya saja masih banyak warga-warga pedesaan yang
kurang mengenal teknologi. Masih banyak masyarakat Indonesia yang terbelakang
dalam hal teknologi. Hal ini bisa menjadi faktor utama penghambat majunya
Indonesia dari segi pembangunan dan teknologi. Kurangnya pengetahuan dalam
teknologi membuat masyarakat ini sangat tertinggal jauh dengan masyarakat
perkotaan sehingga sangat tidak adil apabila mereka menjadi sangat asing dengan
negaranya sendiri yang semakin banyak memiliki pembangunan dengan
teknologi-teknologi canggih. Hal ini bisa berdampak buruk bagi pembangunan
Indonesia. Untuk itu sangat dibutuhkan penyuluhan ke desa-desa untuk memberikan
pengenalan kemajuan teknologi kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Misalnya saja
kita ambil kasus proyek MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta yang sudah di rencakan
dari beberapa tahun yang lalu. Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang
berbasis rel rencananya akan membentang
kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor
Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih ±23.8 km dan Koridor Timur
– Barat sepanjang kurang lebih ±87 km.
Pembangunan koridor
Selatan - Utara dari Lebak Bulus – Kampung Bandan dilakukan dalam 2 tahap:
-
Tahap I yang akan dibangun
terlebih dahulu menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI sepanjang
15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah)
ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2016.
-
Tahap II akan melanjutkan
jalur Selatan-Utara dari Bundaran HI ke Kampung Bandan sepanjang 8.1 Km yang
akan mulai dibangun sebelum tahap I beroperasi dan ditargetkan beroperasi 2018
(dipercepat dari 2020). Studi kelayakan untuk tahap ini sudah selesai.
Koridor Timur -
Barat saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan. Koridor ini ditargetkan
paling lambat beroperasi pada 2024 – 2027.
Latar Belakang
Pembangunan Sistem Transportasi Massal Cepat Berbasis Rel ini adalah
dikarenakan Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan
bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet
total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II).
Setidaknya pertumbuhan jalan di Jakarta saat ini kurang dari 1 persen per tahun
dan setiap hari ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan jakarta.
Kerugian ekonomi
akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian Yayasan
Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu,
biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Sementara berdasarkan SITRAMP II tahun
2004 menunjukan bahwa bila sampai 2020 tidak ada perbaikan yang dilakukan pada
sistem transportasi maka perkiraan kerugian ekonomi mencapai Rp 65
triliun/tahun. Selain itu Polusi udara akibat kendaraan bermotor memberi
kontribusi 80 persen dari polusi di Jakarta. MRT Jakarta digerakkan oleh tenaga
listrik sehingga tidak menimbulkan emisi CO2 di perkotaan. Berdasarkan studi
tersebut, maka jelas DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan massal yang lebih
andal seperti MRT yang dapat menjadi alternatif solusi transportasi bagi
masyarakat yang juga ramah lingkungan.
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan kelayakan
ekonomi dan finansial saja, tetapi lebih dari itu membangun MRT mencerminkan
visi sebuah kota. Kehidupan dan aktivitas ekonomi sebuah kota, antara lain
tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan/ mobilitas dan
seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan dalam kota. Tujuan
Utama dibangunnya sistem MRT adalah memberikan kesempatan kepada warga kota
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perjalanan/ mobilitasnya menjadi
lebih andal, terpercaya, aman, nyaman, terjangkau dan lebih ekonomis.
Akan tetapi pembangunan MRT ini memakan waktu yang sangat lama,
untuk pembangunan tahap satu yang telah direncanakan sejak 2008 hingga kini
masih dalam proses pembangunan. Setidaknya proyek MRT ini sudah direncakan sejak
beberapa tahun yang lalu namun perwujudannya memakan proses yang sangat lama.
Hal ini dikarenakan proyek ini kurang memperhatikan aspek teknologi pada bangsa
Indonesia. Kurangnnya kemajuan teknologi yang memadai membuat proyek ini
tersendat-sendat. Kurangnya kemampuan Indonesia dalam membuat sistem
pembangunan yang lebih cepat dan efisien membuat proyek ini memakan terlalu
banyak proses yang seharusnya bisa dipersingkat apabila teknologi di Indonesia
sudah lebih maju.
Selain itu MRT ini memakan waktu yang lama karena dibangun di
bawah tanah, untuk membuat pembangunan seperti ini harus digunakan teknologi
yang tinggi agar tidak terjadi kesalahan fatal pada akhirnya. Akan tetapi
Indonesia sangat minim teknologi sehingga masih harus menggunakan cara manual
sehingga proyek ini yang memang sudah berbasis proyek besar dan dapat memakan
waktu lama menjadi semakin tersendat-sendat akibat kurangnya teknologi untuk
membantu pembangun MRT ini
Kita juga dapat melihat kurangnya teknologi yang memadai dalam
fasilitas transportasi lainnya seperti trans jakarta, KRL Jabodetabek, dan
banyak lagi. Trans jakarta yang seharusnya dapat membuat jakarta menjadi lebih
baik dari segi transportasi justru tidak mengubah keadaan jakarta sama sekali.
Macet tidak berkurang hal ini dikarenakan perencanaan awal proyek ini tidak
memperhatikan teknologi di indonesia yang masih kurang untuk mengendalikan
jalur lalu lintas trans jakarta tersebut. Lalu KRL Jabodetabek juga masih
memiliki banyak kekurangan. Masih banyak kereta-kereta yang tidak terawat dan
perawatan jalur kereta pun tidak diperhatikan secara maksimal karena kurangnya
fasilitas teknologi di Indonesia. Sehingga semua perawatan masih dilakukan
secara manual.
Selain itu adapula proyek monorel jakarta yang gagal dibangun
akibat kebijakan pemerintah yang melarang pembangunan ini dilakukan oleh
perusahaan swasta. Padahal dengan adanya monorel jakarta mungkin saja Indonesia
bisa menjadi semakin baik dari segi lalu lintas dan juga teknologi. Akan tetapi
kebijakan pemerintah yang menghentikan semua ini bisa berdampak Indonesia tidak
maju dalam segi teknologi.
Proyek MRT ini juga dapat merugikan Indonesia pada segi ekonomi
karena terus memakan banyak biaya namun proyek ini tersendat-sendat karena
kurangnya teknologi. Selain itu proyek ini juga akan memakan waktu dan
menyebabkan Indonesia terlambat untuk mengembangkan hal-hal yang lain. Namun
disisi lain proyek MRT ini juga dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia.
Apabila proyek ini berhasil pada akhirnya tentu Indonesia akan dapat
mengembangkan kemampuan teknologinya dengan lebih baik. Dengan adanya MRT ini
Indonesia dapat berkembang lebih pesat dan memiliki teknologi yang lebih maju.
MRT dapat menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk menjadi lebih
maju dan baik dalam beberapa hal. Bukan saja dari segi teknologi namun juga
dari segi lingkungan. Indonesia akan menjadi semakin rapi dalam tataan kota dan
menjadi semakin berkembang pesat teknologinya. Kemajuan teknologi ini tentu
saja bisa berdampak sangat besar bagi Indonesia menjadi semakin berkembang dan
menyaingi negara berkembang lainnya. Kemampuan Indonesia mempertahankan proyek
ini dam keberhasilan dalam proyek ini sangat menentukan kemajuan Indonesia
kedepan-nya.
Oleh karena itu dapat kita simpul-kan pembangunan proyek MRT ini
dapat memberikan dampak positif namun juga memiliki banyak kekurangan karena
kurangnya fasilitas teknologi di Indonesia. Akan tetapi apabila kebijakan
pemerintah lebih memperhatikan kemampuan Indonesia maka pembangunan proyek ini
tentu saja akan berjalan dengan baik dan tidak tersendat-sendat serta tidak
menghabiskan banyak biaya. Maka dari itu diharapakan agar pemerintah Indonesia
lebih bijak dalam memperhatikan proyek pembangunan MRT ini sehingga dapat
terealisasikan dengan lebih baik.
sumber :